Pengiriman pasir besi yang melintas jalur lintas selatan Kabupaten
Ciamis yang sebelumnya sempat dihentikan, berkenaan dengan gelombang
aksi masyarakat yang protes akibat jalan hancur, diduga kuat kembali
beroperasi. Bahkan beberapa truk bermuatan pasir besi melakukan
penyamaran seolah mengangkut pasir untuk campuran bahan beton.
"Dulu memang sempat dihentikan karena warga sepanjang lintas selatan
protes jalan rusak, akibat dilalui truk muatan pasir besi di atas tonase
atau kekuatan badan jalan. Saat ini kami menengarai pengiriman pasir
besi dengan modus seolah truk mengangkut pasir untuk campuran material
beton," ungkap salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan Cimerak, Ahmad
Irfan Alawi, Minggu (16/12)
Dia mengungkapkan berbeda dengan pada saat pertama. truk pengangkut
pasir besi dari wilayah Kabupaten Tasikmalaya menuju Kabupaten Cilapcap,
Provinsi Jawa Tengah beroperasi pada saing hari, saat ini beralih
menjadi malam.
Dengan perjalanan malam itu, tidak banyak maka proses pengiriman
berjalan lancar. "Kami beberapa kali memergokinya. Akibat dilintasi truk
bermuatan pasir besi, jalan menjadi hancur. Apalagi saat musim hujan
seperti sekarang ini, tambah rusak," katanya.
Ahmad Irfan Alawi yang juga Ketua Komisi II DPRD Ciamis mengatakan,
sejak armada truk pengangkut pasir besi melintas jalur selatan, ruas
jalan tersebut juga hancur.
Selain disebabkan karena melebihi tonase, beban truk tidak sesuai
dengan kekuatan jalan. "Jika tiap hari dilewati truk dengan beban
melebihi kekuatan badan jalan, otomatis jalan hancur. Kami minta agar
jalan kembali diperbaiki," tuturnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan ruas jalur selatan yang hancur, di
antarnya mulai dari batas Desa Sukaresik sampai dengan Desa/kecamatan
Cimerak, sepanjang lima kilometer, paling parah berada di wilayah
Cijulang. Badan jalan yang belum lama diperbaiki, saat ini sudah
hancur.
"Saya nilai kembali hancurnya jalan tersebut tidak hanya sering
dilewati truk sarat muatan pasior besi, akan tetapi perbaikan oleh pihak
Bina Marga Provinsi juga terkesan asal-asalan, karena hanya ditimbun
dengan pasir dan batu (sirtu). Wajar saja jika dua sampai tiga hari
timbunan material tersebut kembali hancur," kata Ahmad Irfan Alawi.
Dia menambahkan, akibat jalan hancur sejumlah warga yang wilayanya
dilewati angkutan pasir besi tersebut sempat bereaksi dengan menggelar
aksi. Masyarakat berharap agar jalan yang hancur tersebut kembali
diperbaiki. Pemerintah juga dengan tegas harus berani melarang truk
pengangkut pasir besi yang melebihi tonase tersebut, dilarang lewat
kawasan jalur selatan.
"Sudah mulai reaksi akibat jalan hancur., Kami minta pemerintah atau
pihak yang berwenang segera mengambil tindakan, sehingga dapat
meminimalisir rusaknya badan jalan," tutur wakil rakyat dari Fraksi PKB.
Ahmad Irfan Alawi menegaskan bahwa jalur lintas selatan harus sebagai
dalam kondisi baik. Hal itu disebabkan karena jalur lintas seklatan
tersebut merupkan jalan utama penghubung kawasan wisata di wilayah
Pangandaran dan sekitarnya.
"Jalur itu kan merupakan jalan utama pariwisata di Ciamis selatan,
mulai dari Karapyak, Pangandaran hingga Cimerak. Apalagi dengan
ditetapkannya Pangandaran sebagai daerah otonomi baru (DOB) pisah dari
induknya Kabupaten Ciamis, sarana tersebut harus lebih bagus. Ingat
bahwa sektor pariwisata bakal menjadi andalan dan memberikan sumbangan
besar untuk pendapatan asli daerah (PAD)," jelasnya.
Keluhan serupa juga datang dari Rahman didampingi Endang, warga
Pangandaran. keduanya mengungkapkan jalur selatan saat ini rusak parah.
hancurnya jalan tersebut, dinilai sebagai hal yang wajar karena banyak
truk dengan tonase di atas kekuatran badan jalan melintas ruas jalan
itu.
Sebagai contoh, sepanjang Cijulang - Cimerak jalan yang belum lama
selesai diperbaiki, sekarang kembali rusak. "Di sekitar wilayah
Cikembulan, jalan rusak, padahal belum lama diperbaiki. Saya kira pihak
berwenang harus lebih tegas menyangkut angkutan pasir besi," ujarnya.
Sementara itu aksi blokir jalan yang terakhir terjadi pada hari Sabtu
(1/12) di Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang. Warga dengan spontan
memblokir truk sarat muatan pasir besi yang dituding menjadi salah satu
penyebab hancurnya jalan. Mereka marah karena jalan raya rusak, padahal
jalan tersebut merupakan akses menuju tempat wisata menuju Green Canyon
dan Pantai Batu Karas.
Aksi yang lebih besar berhasil diredam, setelah polisi datang ke
tempat tersebut. Aparat minta agar persoalan itu diselesaikan dengan
cara yang lebih baik, yaitu dialog.
Sumber: Pikiran Rakyat
Sumber: Pikiran Rakyat
0 comments:
Posting Komentar